Rabu, 16 Maret 2011

Manusia dan Keindahan


Pendahuluan

Ditinjau dari segi bahasa, Keindahan berasal dari kata Indah, diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah
keindahan.
Keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Keindahan dalam arti estetika murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Keindahan dalam arti terbatas mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan Indera Penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.

Nilai Estetik menurut Teori The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai Pendidikan, dan sebagainya.Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.

Keserasian berasal dari kata serasi; serasi dari kata dasar Rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok, sesuai atau kena benar mengandung unsure pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang.

Kehalusan berasal dari kata Halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut,sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopanan dan atau keadaban.

A. PENGERTIAN KEINDAHAN

Keindahan berasal dari kata Indah, Keindahan atau "Beauty" adalah sifat dari sesuatu yang memberi kita rasa senang bila melihatnya. Dalam Kamus Besar BahasaIndonesia,Keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan juga dapat memberikan kita rasa keingintahuan tentang hal tersebut semakin terus bertambah. Contohnya jika kita bermusik, kita akan semakin mencari 'Feel' apa yang cocok untuk hati kita1. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, seperti Pemandangan Alam (Pantai, Pegunungan, Danau, Bunga, Lereng Gunung), Manusia (Wajah, Mata, Hidung, Bibir, Rambut, Kaki, Tubuh), Rumah (halaman,tatanan perabot rumah tangga dan sebagainya), Suara, Warna, dan sebagainya.Semua itu termasuk indah yang merupakan ciptaan Tuhan secara langsung. Betapa indahnya pemandangan matahari pagi dari timur dan pemandangan sore hari ketika matahari sedang menuju peraduannya di ufuk barat bumi ini. Demikian juga pemandangan yang indah ciptaan Tuhan yang muncul dari perpaduan gunung yang menghijau dengan samudera yang membiru. Indahnya pemandangan alam lepas, apalagi saat bulan purnama yang sejuk dengan desiran
angin sepoi-sepoi basah. Keindahan seperti itu sudah merupakan keindahan yang universal. Semua lapisan masyarakat akan merasakan betapa indahnya ciptaan Tuhan. Karena dalam Islam sendiri, sebuah Hadits Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta'ala indah dan suka kepada keindahan”. (HR. Muslim) Tidak demikian halnya dengan keindahan yang merupakan karya cipta manusia. Keindahan yang merupakan karya cipta manusia itu dibatasi oleh ruang dan waktu. Meskipun keindahan karya cipta manusia itu universal, akibat pemaknaannya akan berbeda. Perbedaan itu dibatasi oleh ruang dan waktu.

Keindahan juga identik dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang bertambah, yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah karena dasarnya tidak benar.

Keindahan juga bersifat Universal, yang tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan. Kemudian pertanyaannya apakah keindahan itu? Apakah nilai Estetik itu? Yang mendorong manusia menciptakan keindahan.

1. Apakah Keindahan itu ?
Menurut sejarah Yunani kuno abad 18, pada saat itu pengertian keindahan telah di pelajari oleh para Filsuf. Menurut The Liang Gie dalam bukunya “Garis Besar Estetik” (Filsafat Keindahan), dalam bahasa Inggris Keindahan diterjemahkan dengan kata “Beautiful”, bahasa Perancis “Beau”, Italia dan Spanyol “Bello”, kata-kata itu berasal dari bahasa Latin “Bellum”,
akar katanya adalah “Bonum” yang berarti Kebaikan kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi “Bonellum” dan terakhir dipendekkan menjadi “bellum”. Kemudian menurut luas cakupannya, Keindahan dibedakan menjadi tiga macam pengertian, yaitu :

- Keindahan Dalam Arti Luas
Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari pemikiran Plato, yang menyangkut adanya watak yang indah dan hukum yang indah: Aristoteles yang melihat keindahan sebagai sesuatu
yang baik dan juga menyenangkan; Plotinus yang berbicara tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah atau bisa pula disimak dari apa yang biasa dibicarakan oleh orang-orang Yunani mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tetapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetik disebutnya “Syimmetria”, untuk keindahan berdasarkan pengelihatan. (misalnya pada seni pahat dan arsitektur) dan “Harmonia” untuk keindahan bedasarkan pendengaran (musik).
Jadi pengertian yang seluar-luasnya meliputi :
o Keindahan Seni
o Keindahan Alam
o Keindahan Moral
o Keindahan Intelektual

- Keindahan Dalam Arti Estetika Murni

Hal ini murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.

- Keindahan Dalam Arti Terbatas

Keindahan dalam arti terbatas mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan Indera Penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna. Filsuf seni merumuskan keindahan sebagai kesatuan hubungan yang terdapat antara penerapan-penerapan inderawi kita (Beauty is unity of formal realitions of our sense percepctions). Thomas Aquinos (1225-1274) mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bila mana dilihat (Id qout visum placet).

2. Nilai Estetika
Kata estetika berasal dari kata Aesthesis yang artinya perasaan atau sensitivitas, karena memang pada awalnya pengertian ini berhubungan dengan lidah dan perasaan. Dalam pengertian teknis, Estetika adalah ilmu keindahan atau ilmu yang mempelajari keindahan, kecantikan secara umum. Pengertian ini berdasarkan kepada, bila kita memandang sesuatu obyek dan obyek itu dapat memberikan rasa senang, puas dan sebagainya yang sejalur dengan kata tersebut, maka dapat dikatakan obyek yang dipandang itu mengandung keindahan. Dalam perkembangannya, pengertian ini, kemudian berubah meluas, tidak lagi berkaitan dengan lidah dan perasaan, tetapi berhubungan dengan pikiran, etika dan logika.

Teori The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai Moral, nilai Ekonomi, nilai Pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut Nilai Estetik.

Masalah sekarang ialah: apakah Nilai Estetik. itu? Dalam bidang filsafat, istilah nilai sering kali dipakai suatu kata benda abstrak yang berarti keberhargaan (Worth) atau kebaikan (Goodness).

Dalam “Dictionary Of Sociology And Related Science” diberikan rumus tentang nilai sebagai berikut :
The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).

Hal itu berarti, bahwa nilai ini adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya.

Tentang nilai itu ada yang membedakan antara nilai subjektif dan objektif, atau ada yang membedakan nilai perseorangan dan nilaikemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting ialah : Nilai Ekstrinsik
dan Nilai Instrinsik.

Nilai Ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrumental/Contributory value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri. Contoh :
1) Puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut Nilai Intrinsik.
2) Tari, tarian Kecak dari Bali suatu tarian yang halus segala macam jenis pakaian dan gerak-geriknya. Dan merupakan nilai ekstrinsik.

3. Apa Sebab Manusia Mencipta Keindahan
Keindahan itu pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu artinya wajar, tidak berlebihan tidak pula kurang. Kalau pelukis wanita lebih cantik dari keadaan sebenarnya, justru tidak indah. Karena akan ada ucapan “lebih cantik dari warna aslinya”. Bila ada pamain drama yang berlebih-lebihan, misalnya marah dengan meluap-luap padahal kesalahan kecil, atau karenakehilangan sesuatu yang tak berharga kemudian menangis meraung-raung, itu berarti tidak alamiah.

Dibawah ini adalah alasan dan tujuan manusia menciptakan
keindahan :
1. Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang sudah tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan pada zaman sekarang, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang dapat merugikan nilai-nilai kemanusiaan dan dipandang sebagai hak-hal dapat mengurangi nilai moral bermasyarakat, sehingga bisa dikatakan tiodak indah.
2. Kemerosotan zaman
Keadaan yang merendahkan derajat dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan bejat terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuanketentuan agama dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Yang demikian itu tidak baik, yang tidak baik iu tidak indah.
3. Penderitaan Manusia
Penderitaan merupakan hal yang pernah dialami semua orang, dan hal ini merupakan resiko hidup manusia, yang diberikan oleh Tuhan agar manusia sadar untuk tidak menjauh dariNya. Walaupun penderitaan adalah resiko hidup manusia, tapi hampir semua orang menyukai adanya penderitaan, dan menganggap penderitaan merupakan hal yang tidak baik, yang tidak baik iu tidak indah.
4. Keagungan Tuhan
Keindahan merupakan anugerah yang diberikan oleh manusia dan maka dari itu kita sebagai manusia wajib mensyukurinya, dan sebagian dari kita mengungkapkan rasa syukur tersebut dalam bentuk karya seni, seperti melukis pemandangan, yang merupakan hasil karya seni yang Agung yang diciptakanoleh Allah untuk kita sebagai hambanya.

B. MAKNA KEINDAHAN

Menjawab pertanyaan sekitar apa itu keindahan, boleh jadi merupakan pekerjaan yang sulit. Ini kalau yang dituntut jawaban yang bisa memuaskan semua pihak. Karena keindahan intu bersifat relatif, dan tiap orang mempunyai penilaian yang berbeda-beda. Kesulitan semacam itu memang bisa dimengerti oleh karena sampai sekarang ini bisa kita temukan sebagai batasan atau pengertian tentang keindahan yang celakanya, berbeda satu sama lain. Padahal, yang namanya keindahan itu secara akademis sudah dikaji manusia sejak abad ke delapan belas, pada saat para filsuf banyak tertarik untuk mengembangkan estetika, salah satu
cabang dari filsafat yang tidak lain berbicara soal keindahan.

Beberapa definisi keindahan berdasarkan pendapat para ahli antara lain
menjelaskan (Gie, 1996 : 13-14) :

Mortiner Adler
Sifat dari suatu benda yang memberi kita kesenangan yang tidak berkepentingan yang kita bisa memperolehnya semata-mata dari memikirkan atau melihat benda individual itu sebagaimana adanya

Thomas Aquinas
Sesuatu yang menyenangkan ketika dilihat. Aristoteles, selain yang baik juga adalah
menyenangkan

Charles J. Bushell
Kualitas yang mendatangkan penghargaan yang mendalam tentang bebagai nilai atau ideal yang membangkitkan semangat Keindahan adalah perpaduan dari sesuatu yang baik bentuknya dengan yang bertenaga hidup. Kini studi estetika sebagai ilmu yang dipelajari bukanlah cara untuk menikmati keindahan, tetapi usaha untukmemahami keindahan. Walaupun rasa keindahan bersifat subyektif, bergantung kepada rasa perseorangan. Secara keilmuan dapat diobjektifkan Sekedar penguat konstatasi diatas, baik juga dilihat beberapa persepsi tentang keindahan berikut ini2 :

Tolstoy
Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi yang melihat

Baumgarten
Keindahan adalah keseluruhan yang merupakan susunan yang teratur dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, atau dengan keseluruhan itu sendiri. Atau, “Beauty is an order of parts in their manual relations and in an relation to
the whole”

Shaftesbury
Yang indah adalah yang memiliki proporsi yang harmonis. Karena proporsi yang harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat disamakan dengan kebaikan. Jadi yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah yang baik Keindahan adalah suatu yang dapat mendatangkan rasa senang

David Hume
Hamsterhuis Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan pengalaman yang menyenangkan

Kahlil Gibran
Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima Winchelmann Keindahan dapat terlepas sama sekali dari kebaikan

Sulzer
Yang indah hanyalah yang baik. Jika belum baik ciptaan itu belum indah. Keindahan harus dapat memupukan rasa moral. Jadi ciptaan-ciptaan yang amoral tidak bisa dikatakan indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral Selain dari pengertian keindahan tersebut di atas terlalu sayang kalau tidak kita lihat pendapat Emmanuel Kant berikut ini : Menurut Kant, keindahan itu bisa di lihat dari 2 segi, yaitu dari segi arti yang Subjektif dan dari segi arti yang Objektif. Dari segi arti subjektif keindahan dikatakan sebagai sesuatu yang tanpa harus direnungkan ataupun disangkut-pautkan dengan kegunaan-kegunaan praktis sudah bisa mendapatkan rasa senang pada diri si penghayat; sebagai keserasian yang dikandung objek sejauh objek tersebut tidak ditinjau dari segi gunanya. Dengan melihat demikian beragamnya pengertian keindahan, dan kita harus percaya bahwa yang di atas itu hanyalah sebagian kecil, boleh jadi akan mengecewakan kita yang memuaskan. Namun demikian, dari berbagai pengertian yang ada, sebenarnya, kita bisa menempatkannya dalam kelompok-kelompok pengertian tersendiri, paling tidak kita bisa menangkap arah atau kecenderungan dari suatu pengertian yang dikemukakan seseorang sesuai dengan pengelompokan seseorang sesuai dengan pengelompokan-pengelompokan yang ada.

Pengelompokan-pengelompokan yang bisa kita buat adalah sebagai berikut :

1. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar pada titik pijak atau landasannya. Dalam hal ini ada 2 pengertian keindahan, yaitu yang bertumpu pada objek dan subjek. Yang pertama, yaitu yang bertumpuKeindahan Objektif, adalah keindahan yang memang ada pada objeknya sementara kita sebagai pengamat harus menerima sebagaimana mestinya. Sedangkan yang kedua, yang disebut Keindahan Subjektif; adalah keindahan yang biasanya ditinjau dari segi subjek yang melihat dan menghayatinya. Disini keindahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa senang pada diri si penikmat dan penghayat (Subjek) tanpa dicampuri keinginan–keinginan yang bersifat praktis, atau kebutuhan-kebutuhan pribadi si penghayat.

2. Pengelompokan pengertian keindahan dengan berdasar pada cakupannya. Bertitik tolak dari landasan ini kita bisa membedakan antara keindahan sebagai kualitas abstrak dan keindahan sebagai sebuah benda tertentu yang memang indah. Perbedaan semacam ini lebih tampak, misalnya dalam penggunaan bahasa inggris yang mengenalnya istilah Beauty untuk
keindahan yang pertama, dan isitilah The beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu benda atau hal-hal tertentu yang memang indah.

3. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas-sempitnya. Dalam pengelompokan ini kita bisa membedakan antara pengertian keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas. Dari apa yang dikemukakan di atas, dua hal bisa kita petik, yaitu : Pertama, keindahan menyangkut persoalan filsafati, sehingga jawaban terhadap apa itu keindahan sudah barang tentu bisa bermacam-macam. Kedua, keindahan sebagai pengertian mempunyai makna relatif, yaitu sangat tergantung kepada subjeknya.
Secara demikian, upaya memperoleh pengertian yang jernih tentang keindahan tidak bisa hanya bertumpu pada definisi-definisi yang bersifat perorangan. Kendatipun dikemukakan seorang filsuf sekalipun. Langkah yang barangkali, bisa membantu adalah dengan mencoba menemukan ciri-ciri umum dari keindahan, baik yang ada pada semua benda ataupun semua kualis. Dalam
hubungan ini Herbert Read pernah mengemukakan, bahwa :
Beuty is unity of formal relation of our sense perceptions”. Keindahan adalah suatu kesatuan hubungan formal dari pengamatan kita yang dapat menimbulkan rsa senang. Keindahan itu merangsang timbulnya rasa senang tanpa pamrih dalam diri subjek yang melihatnya, serta bertumpu pada ciri-ciri dari objek yang sesuai dengan rasa senang itu sendiri.
Kalau kita amati pemikiran Read tersebut, boleh jadi timbul kesan bahwa itulah pemikiran yang paling mendekati kebenaran. Akan tetapi kalau kita amati dengan lebih mendalam lagi, tampak bahwa konsep Herbert Read terlalu bertumpu pada aspek sensual atau jasmaniah, dan kurang memberikan porsi pada objek yang diamati atau yang dimiliki keindahan itu sendiri. Padahal, yang namanya keindahan itu tidak hanya merupakan perpaduan pengamatan batiniah. Pengertian keindahan tidak hanya terbatas pada kenikmatan penglihatan sematamata, tetapi lebih dalam dari itu, juga merupakan perpaduan pengamatan batiniah. Itulah sebabnya Al-Ghazali memasukkan nilai-nilai spiritual, moral dan agama sebagai unsur-unsur keindahan. Disamping sudah barang tentu unsurunsuryang lain .
Dari apa yang dikemukakan diatas, satu kenyataan sekali lagi menghadang
kita, bahwa sulit untuk memberikan jawaban yang memuaskan atas pernyataan
apa itu keindahan ? itulah sebabnya dalam estetika modern orang lebih suka
berbicara keindahan dengan mengaitkan pada dunia seni dan pengalaman estetik.
Ini tidak lain disebabkan karena seni dan pengalaman estetik bukanlah
pengalaman yang abstrak, melainkan gejala konkrit yang dapat ditelaah dengan
pengamatan secara empirik ataupun melalui penguraian yang sistematik.


C. RENUNGAN
Merenung artinya secara diam-diam memikirkan sesuatu hal kejadian   dengan mendalam. Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal.

Renungan berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.

Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sama lain berbeda, meskipun objek yang direnungkannya sama, lebih pula apabila objek renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkannya itu bergantung kepada objek dan subjek.

Setiap kegiatan untuk merenung atau mengavaluasi segenap pengetahuan yang dimiliki dapat disebut berfilsafat. Jadi berfilsafat adalah terjadinya proses pembicaraan, evaluasi dengan hati kita sendiri mengenai suatu peristiwa. Contohhasil renungan yang menghasilkan pengetahuan yaitu Newton dengan gaya gravitasinya3. Akan tetapi tidak semua orang mampu berfikir kefilsafatan. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada penalaran. Penalaran adalah proeses berpikir yang logik dan analitik. Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar. Berpikir logik menunjuk pola berpikir secara luas. Kegiatan berpikir dapat disebut logik ditinjau dari suatu logika tertentu. Maka ada kemungkinan suatu pemikiran yang logik akan menjadi tidak logik bila ditinjau dari sudut logika yang lain.

Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang juga menyandarkan diri kepada suatu analisis. Analisis adalah kegiatan berpikir berdasarkan langkahlangkah tertentu, sehingga pengetahuan yang diperoleh disebut pengetahuan tidak langsung. Pemikiran ilmiah (keilmuan) dan pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri kepada logika analitik. Hanya saja pemikiran kefilsafatan mempunyai karakteristik sendiri yang berbeda dengan karakter keilmuan.

Pemikiran kefilsafatan mempunyai 3 macam ciri, yaitu:

1. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas, bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu yang lain. Hubungan ilmu dengan moral seni dan tujuan hidup.

2. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (keluar gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpjak bagi segenap bidang keilmuan.

3. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang di dapat diijadikan dasar untuk pemikiran-pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.

Metafisika adalah cabang filsafat yang paling umum, mendasar dan kritik spekulatif. Renungan atau pemikiran yang dibahas dalam modul ini ialah yang berhubungan dengan keindahan. Setiap hasil seni lahir dari hasil renungan. Tanpa direnungkan hasil seni tidak akan mencapai keindahan.

Renungan atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan atau penciptaan keindahan didasarkan atas tiga macam teori, ialah TeoriPengungkapan, Teori Metafisika, dan Teori Psikologis. Masing-masing dari teori itu ada tokohnya. Dalam Teori Pengungkapan dikatakan oleh Benedetto Croce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan.

Dalam Teori Metafisika, Plato mendalilkan adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi, sebagai realita Ilahi itu. Karya seni yang dibuat manusia hanyalah merupakan Nimenis (Tiruan) dari realiti dunia. Sedangkan dalam Teori Psikologis, dinyatakan bahwa sadar dari seorang seniman. Adapun karya seninya itu merupakan bentuk berselubung atau diperhalus yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu.

Dari teori permainan yang masih tergolong teori Odikologik dengan tokohnya Freidrick Schiller dan Herbert Spencer, Schiller menyatakan bahwa asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main (Play Impulse.)

Pada proses jiwa seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan seni, menurut Keats selalu diliputi rasa ragu-ragu, takut, ketidaktentuan, misterius (Negative Capability). Justru seniman yang tidak memiliki kemampuan negatif tidak mampu menciptakan keindahan. Kemampuan negatif ini identik dengan proses mencari. Mencari yang dimaksud ialah mencari keindahan, karena yang bersangkutan merasa belum puas atas keindahan yang telah diciptakan. Pengertian yang dekat dengan kemampuan ialah Intensitas.
Kekurangan-kekurangan Intensitas ini erat hubungannya dengan ketidakberesan imjinasi yang berarti seniman tersebut tidak akan dapat mendapatkan keindahan.

Selain daripada itu Keats menyatakan, bahwa untuk mengatasi ketakutan ialah berkuasanya hal-hal yang sesaat. Baginya hal-hal yang sesaat itu merupakan pelatuk yang meledakkan imajinasi, dan imajinasi ini yang membentuk konsep keindahan. Selanjutnya konsep keindahan adalah abstrak. Konsep itu baru dapat berkomunikasi setelah diberi bentuk. Seperti halnya Gesang, setelah ia bermain di Bengawan Solo ia merenung. Ia menemukan konsep keindahan. Tetapi konsepkeindahan belum berkomunikasi, barulah berkomunikas setelah diberi bentuk, yaitu lagu “Bengawan Solo” yang terkenal itu4.


D. KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi; serasi dari kata dasar Rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok, sesuai atau kena benar mengandung unsure pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang. Perpaduan misalnya orang berpakaian antara kulit dan warnanya yang dipakai cocok. Sebaliknya orang hitam memakai wana hijau, tentu makin hitam. Warna hijau pantas dipakai oleh orang berkulit kuning. Atau ke pasar menggunakan pakaian pesta, atau sebaliknya berpesta menggunakan pakaian santai, dan lain-lain. Hal seperti ini tentu tidak serasi dan kurang cocok, kurang kena. Dan tentu akan dikatakan oleh setiap orang “Sayang” atrau kata-kata lain yang menunjukkan kekecewaan. Oleh karena yang
memandang itu merasa kecewa dengan adanya hal yang kurang serasi.

Dalam memadu rumah dan halaman, rumah yang bagus dengan halaman luas dan tersusun rapi dengan bunga-bunga yang indah, orang akan memuji keserasian itu. Tetapi sebaliknya, rumah yang bagus yang tidak mempunyai halaman tentu orang akan mengatakan “Sayang”. Jadi dalam hal memadu rumah dan halaman itu ada unsur ukuran-ukuran yang seimbang.

Dalam berpakaian sangat diutamakan keserasian warna dan bentuk serta potongan tubuh. Atau dapat juga kita kagum atas kecantikan wanita dan kecakapan pria pada waktu duduk. Setiap orang melihat terheran-heran melihat wajahnya. Hampir semua mata memandang ke arah wanita atau pria yang dikagumi semua yang hadir itu. Tetapi setelah berdiri, semua orang mengeluh “Sayang”, karena tinggi orang itu tidak sesuai dengan harapan kita, ternyata terlalu pendek hal seperti itu juga menyatakan ukuran.

Lagu merupakan pertentangan suara tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lembut yang terpadu begitu rupa, sehingga telinga kita dibuat asyik mendengarkan dan hati kita merasa puas. Tetapi apabila terjadi sekonyongkonyong suara yang seharusnya menurut rasa kita menanjak justru kebalikannya, kita tentu akan kecewa. Dalam hal lagu, irama yang indah itu merupakan pertentangan yang serasi.
           
            Karena itu, dalam keindahan itu, sebagian besar ahli pikir mejelaskan, bahwa keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kualita/pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal; Kualita yang paling sering disebut adalah Kesatuan (Unity), Keselarasan (Harmony), Ketangkupan (Symetry), Keseimbangan (Balance) dan Pertentangan (Contrast). Selanjutnya dalam hal keindahan itu dikatakan tersusun dari berbagai keselarasan dan pertentangan dari garis, warna, bentuk dan kata-kata. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa Keindahan adalah suatu kumpulan hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu
dengan si pengamat.

Keserasian identik dengan Keindahan. Keindahan adalah suatu susunan keserasian yang dapat menciptakan kesenangan bagi penglihatan dan pendengaran6. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Pendapat lain mengatakan, bahwa pengalaman estetik sebagai suatu keselarasan dinamik dan perenungan yang menyenangkan. Dalam keselarasan itu seseorang memiliki perasaan seimbang dan tenang dan mempunyai citarasa akan sesuatu yang berakhir dan merasa hidup sesaat ditengah-tengah kesempurnaan
yang menyenangkan hati dan ingin memperpanjangnya.

Dalam perimbangan sebagai cabang Teori Objektif dinyatakan bahwa Keindahan merupakan suatu kualita dari benda. Contoh untuk itu ialah bangunan arsitektur Yunani Kuno yang terdiri dari atap yang bersusun yang ditopang tiangtiang besar dengan ukuran yang seimbang, sehingga tampak harmonis dan serasi. Atap yang bersusun itu tercipta dari hubungan bagian-bagian yang berimbang berdasarkan perbandingan angka-angka.

Mazhab Pythagoras yang menciptakan teori proporsi itu mengemukakan
bahwa nada-nada yang dikeluarkan oleh seutas senar tergantung dari panjangpendeknya
senar.
Dalam seni ada 6 asas. Asas-asa itu ialah Kesatuan Total, Tema, Tema Variasi, Keseimbangan, Perkembangan dan Tatajenjang.

Matematika mempunyai peranan penting dalam seni, terutama dalam
cabang seni bangunan, seni lukis dan seni musik.

Keserasian tidak ada hubungan dengan kemewahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan antara warna, bentuk dan ukuran. Atau keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada tinggi-rendah, keras-lembut, danpanjang-pendek. Kadang-kadang kemewahan menunjang keserasian, tetapi tidak selalu.


E. KEHALUSAN

Kehalusan berasal dari kata Halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopanan dan atau keadaban.

Halus bagi manusia iu sendiri ialah berupa sikap, yakni sikap halus. Sikap halus adalah sikap lembut dalam menghadapi orang. Lembut dalam mengucapkan kata-kata, lembut dalam roman muka, lembut dalam sikap anggota badan lainnya.

Halus itu berarti sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun masyarakat luas. Sudah tentu sebagai lawannya ialah sikap kasar atau sikap orang sedang emosi, bersikap sombong, bersikap kaku sikap orang yang sedang bermusuhan.

Sikap halus atau lembut merupakan gambaran hati yang tulus serta cinta kasih terhadap sesama. Sebab itu orang yang bersikap halus atau lembut biasanya suka memperhatikan kepentingan orang lain, dan suka menolong orang lain. Sikap lembut merupakan perwujudan pula dari sifat-sifat ramah, sopan, sederhana dalam pergaulan.

Sikap halus juga dimiliki orang yang bersikap rendah hati. Karena orang yang bersikap rendah hati adalah orang yang halus tutur bahasanya, sopan tingkah lakunya, tidak sombong, tidak membedakan pangkat dan derajat dalam pergaulan.

Kehalusan atau kelembutan atau sebaliknya kekerasan itu yang menilai orang lain, orang yang dihadapi atau orang yang menyaksikan. Sudah tentu yang dinilai adalah gerak laku, roman muka, tutur bahasa, dan sebagainya.

Angota badan yang melahirkan sikap kehalusan itu ialah Kaki, Tangan, Kepala, Mulut, Bibir, Mata, Bahu. Selain itu roman muka, perkataan, pemilihan kata, penyusunan kalimat dan irama bahasa juga dapat dinilai halus dan tidaknya.

Bagian Rohaniah yang melahirkan sikap : Kemauan, Perasaan dan Pikiran atau Karsa, Rasa dan Cipta. Tiga unsur Rohaniah ini saling berkaitan, saling mempengaruhi dan mewujudkan tingkah laku, tutur bahasa, perbuatan yang semuanya itu dapat dinilai kehalusan dan kekasarannya.

Cipta, rasa dan karsa itu membuat orang bergerak, karena itu disebut “Trias Dinamika”.

Prinsip-prinsip hidup kekeluargaan harus didasarkan kepada cipta, kasih, keadilan, kejujuran, setia atau loyal, tertib, disiplin, berkorban dan bagi orang tua perlu adanya satu komando dan kesatuan sikap. Pergaulan yang didasarkan pada prinsip itu tentu akan melahirkan kehalusan dalam pergaulan, sekurangkurangnya ketentraman dan kesejahteraan.

Masyarakat adalah lapangan pergaulan. Masyarakat terkecil adalah keluarga, yaitu orang-orang serumah. Masyarakat yang agak luas ialah tetangga, kawan sekolah, dan sebagainya. Dalam bergaul harus juga diperhatikan pakaian dan cara berpakaian.

Karya seni adalah hasil ciptaan manusia yang mempunyai nilai-nilai tertentu. Nilai itu antara lain, Nilai Inderawi, Nilai Bentuk, Nilai Pengetahuan, dan Nilai Ide, temu dan dalil-dalil keadilan. Nilai-nilai itu terwujud dalam bentuk lahir yang dapat dinikmati oleh indera kita (Mata, Telinga), sehingga memuaskan hati kita. Hasil seni sangat berpengaruh terhadap jiwa dan perbuatan manusia. Banyak orang yang menangis karena seni (Seni Drama Film, Seni Suara), tanpa disadari banyak orang melenggang-lenggang karena irama musik. Banyak orang
merasa tentram, damai, dan bahagia mendengarkan lagu-lagu yang tenang menghanyutkan.


F. MANUSIA DAN KEINDAHAN

Akal dan budi merupakan kekayaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan pada manusia ini tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya timbul dari sumber yang berbeda kehendak atau keinginan pada manusia bersumber dari akal dan budi, sedangkan kehendak dan keinginan pada hewan bersumber dari naluri.

Sesuai dengan sifat kehidupan yang menjasmani dan merohani, maka kehendak dan keinginan manusia itu pun bersifat demiikian. Jumlahnya tak terbatas. Tetapi jika dilihat dari tujuannya, satu hal sudah pasti yakni, untuk menciptakan kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudahbukan rahasia lagi bahwa yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak lain adalah sesuatu yang “Baik”, yang “Indah”. Maka

Keindahan” pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena dengan keindahan itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana keindahan itu peraasaan “(ke)-manusia-(annya)” tidak terganggu. Keindahan yang bersifat jasmani yang dimaksudkan ialah keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan“ indera manusia; baik indera penglihatan maupun indera pendengaran. Keindahan yang bersifat rohani dimaksudkan keindahan yang dapat “menyenangkan” atau “memuaskan“ batin manusia. Tetapi perlu segera dipahami bahwa walaupun secara material keduanya dapat dibedakan, secara Esensial keduanya tidak dapat dipisahkan; karena pada akhirnya “Unsur kemanusiaan” itulah yang harus menjadi penentunya. Sebuah lukisan yang secara lahiriah “menyenangkan” tetapi jika “batin” manusia menolaknya karen lukisan itu dapat ”merusak”. Kemanusiaan manusia, maka lukisan itu tidak berhak disebut indah.

Kodrat manusia selalu mendambakan sesuatu yang baik, yang dapat menyempurnakan kemanusiaannya. Disadari atau tidak setiap manusia tidak senang terhadap sesuatu yang jorok, yang tidak baik, dan yang merendahkan martabatnya. Karena itu “Keindahan” bagi manusia sebenarnya bukan sekedar sesuatu yang menjadi “harapannya“ melainkan merupakan sesuatu yang “harus diusahakan adanya”. Salah satu definisi yang paling dikenal adalah hasil pemikiran penyair romantik Inggris, John Keats. Dibukunya yang ditulis tahun
1817, Endymion, terapat definisi tentang Keindahan semacam ini : “A thing of beauty is a joy forever : It’s loveliness increases; it will never pass into nothingness”. “Sesuatu yang indah adalah kegembiraan selama-lamanya : Kemolekannya bertambah, dan takkan pernah menuju ketiadaan”.

Persepsi manusia terhadap keindahan antara yang satu dengan yang lain          itu tidak sama. Sebab persepsi manusia terhadap keindahan sangat ditentukan oleh daya penggerak yang menjadi sumber kehendak atau keinginan terhadap keindahan itu sendiri. Persepsi keindahan yang muncul dari akal dan budi dapatlah disebut keindahan alam arti yang sebenarnya; sedangkan keindahan yang muncul dalam dorongnan nafsu merupakan Keindahan Semu. Keindahan seperti itu tentu saja tidak akan diterima oleh “ Kemanusiaan” manusia, yaitu akal dan budi, karena keindahan seperti itu bukannya untuk menyempurnakan
Kemanusiaan manusia”, melainkan justru sebaliknya.

Berbicara tentang keindahan tak akan lepas dari pengertian Objektif maupun Subjektif. Artinya ada Keindahan Objektif dan Keindahan Subjektif. Secara asasi keindahan Objektif, ada pada sesuatu benda atau barang. Sifatnya abadi dan universal, selama benda itu belum berubah dari keadaan semula. Keindahan yang abadi tidak terikat oleh waktu dan perkembangan mode. Disenangi atau tidak ia tetap ada. Keindahan objektif tidak tergantung kepada asas kegunaan (Manfaat) lahiriah ataupun yang bersifat material.

Keindahan subjektif sangat bergantung kepada selera perorangan, karena sangat relatif. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi bagi masing-masing individu. Jadi sangat relatif. Artinaya sebuah benda sangat bermanfaat bagi seseorang, namun bagi orang lain tidak berguna, bahkan mungkin sangat tidak disenangi.

Menurut John Keats, keindahan objektif disamakan dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan. Sebab keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu Universal dan Abadi. Disamping itu juga mempunyai daya tarik yang selalu bertambah jelasnya tidak ada keindahan jika tidak mengandung kebenaran, dan yang tidak mengandung kebenaran tidak indah.

Supaya orang tidak terjerumus kedalam “keindahan semu” maka orang itu selalu mempertemukan keindahan subjektif dengan keindahan objektif. Orang itu harus berupaya mempertemukan selera atau minat orang yang bersangkutan dengan selera atau minat akal budinya. Seseorang disebut sebagai orang yang berpribadi mulia, bila orang tadi memiliki rasa keindahan atau minatnya terhadap keindahan cenderung kepada keindahan objektif. Orang yang seperti itu segala prilakunya akan baik pula, seperti sabda Nabi Muhammad SAW : “Dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Manakala segumpal daging itu baik, maka akanbaiklah jasad manusia itu seluruhnya. Tetapi manakala segumpal daging itu tidak baik maka akan menjadi tidak baiklah jasad manusia itu seluruhnya. Segumpal
daging yang dimaksud adalah hati”.

Cara mengusahakan supaya rasa keindahan atau minat terhadap keindahan itu cenderung kepada keindahan objektif, tidak lain melatih mendengarkan “bisikan” akal dan budi tersebut; sebab pada akal dan budi itulah sesungguhnya letak “kemanusiaan”.

Akal dan budi itu sesungguhnya selalu mengajak kepada manusia kearah perbuatan yang baik, indah, dan yang benar. Manusia yang tidak senang akan kebaikan, keindahan, dan kebenaran serta tidak berusaha menciptakannya, orang itu sudah kehilangan predikat manusia lagi.


KESIMPULAN

Keindahan berasal dari kata Indah, Keindahan adalah sifat dari sesuatu yang memberi kita rasa senang bila melihatnya, keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang kebaikan. Keindahan Dalam Arti Estetika Murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Keindahan dalam arti terbatas mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan Indera Penglihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan warna.

Merenung artinya secara diam-diam memikirkan sesuatu hal kejadian dengan mendalam. Renungan adalah pembicaraan diri kita sendiri atau pembicaraan dalam hati kita tentang suatu hal. Keserasian berasal dari kata serasi; serasi dari kata dasar Rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok, sesuai atau kena benar mengandung unsure pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang. Kehalusan berasal dari kata Halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus, kesopanan dan atau keadaban. “Keindahan” pada hakikatnya merupakan dambaan setiap manusia; karena dengan keindahan itu manusia merasa nyaman hidupnya. Melalui suasana keindahan itu peraasaan “(ke)-manusia-(annya)” tidak terganggu.


DAFTAR PUSTAKA

Widagdho, Djoko, Drs, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008)
Akiel, Ahiruddin, S.Pd, Bahan Kuliah Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta, Unindra)
M.P., Suyadi, Drs., Buku Materi Pokok IBD, (Jakarta : Depdikbud, 1984)
Situs resmi Wikipedia berbahasa Indonesia : tentang Keindahan
Situs www.cariilmuonline.com, Pakde Sofa : Ilmu Budaya Dasar Bag. 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar