Wikileaks adalah situs yang memuat dokumen-dokumen rahasia sebuah negara dan kemudian membocorkannya kepada umum. Pada awalnya misi Wikileaks sederhana, mereka hanya ingin “membentuk” dunia dimana pemerintah setiap negara lebih terbuka terhadap rakyat-rakyatnya, termasuk dalam hal-hal yang mungkin bisa kita kategorikan sebagai konspirasi. Dan menurut Wikileaks, hal ini dapat mulai dicapai dengan membuka dokumen-dokumen rahasia tentang informasi-informasi rahasia berbagai negara. Dan tidak mengherankan, negara-negara besar mulai berusaha menghancurkannya.
Dimulai dari serangan terhadap situs Wikileaks sendiri yang sempat membuat situs ini tidak dapat berjalan selama periode tertentu. Kemudian ditambah dengan penolakan beberapa negara terhadap situs ini untuk memindahkan domain dan server mereka di sana, membuat Wikileaks semakin sulit untuk bertahan. Serangan terakhir? Penangkapan sang otak di balik Wikileaks, Julian Assange karena tuduhan pelecehan seksual yang sesungguhnya sangat berbau politis. Apakah Wikileaks kemudian menyerah?
Dukungan justru hadir untuk melakukan protes terhadap apa yang dilakukan berbagai pemerintah terhadap situs Wikileaks ini. Sebagian mendefinisikannya sebagai sensor yang tidak lagi zaman, sebagian lainnya mulai bertindak. Dan dimulailah, Perang Cyber.
Berkumpul di website 4chan, sekelompok hacker yang benar-benar lihai di bidangnya dengan sandi nama “Anonymous” mulai melancarkan serangan sebagai bentuk dukungan terhadap Assange. Dinamakan operasi “Avenge Assange”, kelompok hacker ini melancarkan serangan terhadap situs-situs yang menarik dukungannya kepada Wikileaks, seperti PayPal, Swiss Bank Post Finace, dan MasterCard, membuat situs-situs tersebut sempat ditutup dan tidak dapat berjalan dengan semestinya. Dan sepertinya mereka tidak akan berhenti hingga tujuan mereka tercapai.
“Anonymous” sebenarnya tidak memiliki hubungan secara khusus dengan Assange, namun mereka berbagi ideologi yang sama. Pada hacker ini berjuang untuk mempertahankan dunia maya dari apa yang mereka sebut sebagai gerakan sensor dan menginginkan transparansi tetap ada di dalamnya. Sementara di pihak lain, Wikileaks juga terus berusaha disisipi oleh para hacker yang menginginkan situs ini ditutup. Maka kita dihadapkan pada sebuah perang cyber yang tak kasat mata. Sebuah perperangan tanpa darah, namun mungkin menimbulkan implikasi yang besar.
reverensi http://www.jagatreview.com/2010/12/wikileaks-memicu-perang-cyber/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar